Rabu, 13 Juni 2012

My Mental Block


Selama lebih dari setahun saya mempelajari tentang hypnotheraphy meskipun hanya dari atikel seadanya, buku-buku seadanya, kemampuan otak seadanya dan waktu seadanya. Singkatnya sih dengan hypnosis kita bisa mengakses pikiran bawah sadar kita dan dari situ ada banyak hal yang bisa kita lakukan, misalnya untuk berkomunikasi dengan bagian diri kita atau untuk menanamkan sugesti tertentu kepada otak bawah sadar kita.

Tapi beberapa bulan ini saya meninggalkan mempelajari tentang hypnotheraphy karena beberapa alasan. Karena sudah mentok nyari artikel tentang hypnosis, bingung, mau ikut pelatihan tapi gak ada modal, mahal cuy… bisa puluhan juta, mau belajar ke hypnotis yang murah juga takut. Saya punya pengalaman dulu ketika datang ke hypnotis yang murah banget (kepincut harganya waktu itu). Dalam prakteknya (waktu itu saya minta sama dia untuk berkomunikasi dengan bagian diri saya dengan maksud mengatasi mental block saya) eh, dianya malah marah-marahin bagian dari diri saya atau mental block saya. Nggak boleh itu bos. Mental block itu bagian yang menghambat diri kita dalam mencapai sukses (keuangan, karir, prestasi dll) tapi tujuannya sebenarnya positif, hanya tidak sejalan dengan tujuan kita. Mental block tidak boleh dihilangkan atau dimatikan tapi harus diajak berkomunikasi secara baik-baik agar sejalan dengan tujuan kita.

Akhir-akhir ini sewaktu saya liburan dan pulang ke rumah, saya kembali mempelajari tentang hypnosis. Bagiku itu emang menyenangkan menyelami samudera pikiran (cieh, bahasanya ngeri). Saya juga mencoba masuk ke dalam kondisi trance dalam dan berkomunikasi dengan mental block. Sebenarnya dulu hal ini sering saya lakukan tapi hasilnya membingungkan dan tidak jelas, saya mungkin terlalu banyak menganalis ketika trance sehingga pikiran sadar kembali aktif dan pesan yang disampaikan mental block ke saya jadi tidak jelas. Tapi ketika saya mencobanya lagi pas liburan kemarin, saya dapat dengan jelas menangkap pesan dari mental block dari dalam diri saya sehingga sekarang mental block sudah berdamai dengan saya dan sudah sejalan sesuai tujuan yang saya inginkan… senangnya…

Saya akan menceritakan proses berkomuniksi dengan mental block atau bagian diri. Saya menggunkan bantuan CD dari Bapak Adi W Gunawan dalam berkomunikasi. Pertama adalah lewat CD itu saya dibimbing masuk kondisi trance lalu dipandu untuk memunculkan bagian diri (bisa berupa suara, gambar atau perasaan) saat itu yang muncul adalah sebuah perasaan yang cukup terasa dan ada gambaran mental yang saya lihat. Lalu saya mulai berbicara tentang kemauan dari bagian diri dan mengadakan perjanjian dengan mental block tentang apa yang harus saya lakukan, berdamai dan bersenang-senag dengan bagian diriku. Setelah proses itu perasaan yang muncul adalah perasaan yang bahagia, rasanya ploooongggg… dan kami (saya dan bagian diriku) bersama-sama mencapai tujuan yang saya kehendaki. Horeeeeyyy….

Dulu seperti yang saya jelaskan seperti diatas, saya sering melakukan hal itu tapi selalu gagal. Dan sekarang saya tahu kuncinya agar berhasil berkomunikasi dengan bagian diri. Ada sepuluh hal yang harus dilakukan agar berhasil yaitu, pasrah, pasrah, pasrah, pasrah, pasrah, pasrah, pasrah, pasrah, pasrah dan pasrah.

lha kok...

Hari ini 13 juni 2012 adalah hari ketiga mulai kuliah semester baru. Kelas sengaja diacak lagi sesuai urutan yang bisa dibilang diskriminatif yaitu berdasarkan IP. Mungkin maksudnya biar acak-acakan kali ya. Gak apa-apalah, dapat kelas baru, kenal muka-muka baru (meskipun mukanya tipe muka-muka lama bin jadoel), pengurus kelas baru dan nampaknya memang bakalan dapet kesialan baru. Hal ini terbukti seperti ceritaku hari ini.

Hari rabu (hari ini) aku dapet giliran piket buat ambil proyektor di sekretariat, bukan karena kelasku tidak ada proyektornya tapi karena proyektor kelas sudah say good bye pada dunia alias koit alias modyar alias rusak. Penyusutan model apa itu, masa’ sudah rusak. Pengadaannya perlu ditinjau ulang kaya’nya. Kembali ke ceritaku, saat itu jam 10.50 WIB ketika aku menuliskan namaku pada buku agenda peminjaman peralatan di kantor sekretariat lantas aku mengambil buku absen kelas dan membawanya ke gedung J lantai tiga nomor enam. Cukup keringetan juga walau cuma naik tiga lantai, umur emang gak bisa boong dah.

Ketika sampai di depan ruangan J-306 aku perlahan membuka pintu yang terbuat dari kayu jati itu dan taraaa… aku terbengong karena wajah-wajah yang kulihat semuanya asing. Kututup lagi pintunya dan balik kanan grak maju jalan sembari merogoh saku celana untk mengambil HP. Jawaban dari kejadian itu datang persis sebelum aku tanyakan, kulihat dilayar HP ada pesan masuk dan kubaca yang isinya “kuliah hari ini kosong”