Jumat, 21 Oktober 2011

Berubah Dengan Berpikir


Conscious mind is the mind of choice, subconscious mind is the mind of preference. We choose what we prefer – Charles Tebbets

Seperti kalimat yang ditulis oleh Tebbets diatas bahwa hidup kita dipengaruhi oleh bagaimana cara kita berpikir. Pikiran adalah pengendali masa depan kita, apapun yang kita ingin peroleh bisa hanya dengan berpikir. Apakah itu hanya sekedar teoritis dan hayalan? Tidak, itu adalah sesuatu yang nyata. Dan apakah memang semudah itu? Jawabannya adalah tidak bagi yang tidak mengerti dan mudah bagi yang memahaminya.

Itu semua tergantung bagaimana kita menggunakan pikiran, tepatnya adalah pikiran yang mana? Kita mengenal pikiran itu ada dua, pikiran sadar dan bawah sadar. Kebanyakan orang mengartikan bahwa jika kita berpikir untuk mendapatkan sesuatu adalah menggunakan pikiran sadar, ya seperti kalian membaca tulisan saya ini menggunakan pikiran sadar. Padahal bukan itu yang dimaksud dengan hanya menggunakan pikiran kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, yang saya maksud adalah kita menggunakan pikiran bawah sadar untuk melakukannya dan itu tidak mudah, sekali lagi itu tidak mudah karena apa? Ya karena pikiran bawah sadar itu nggak mudah berubah.

Pikiran bawah sadar terbentuk salah satunya karena emosi, misalnya saja saat seseorang yang mengalami sesuatu yang traumatik, mengalami shock emosi yang berlebihan yang bisa membuat dia ketakutan akan suatu hal, misalnya saja pernah melihat suatu tabrakan motor yang hebat didepan mata kepalanya sendiri dan membuat orang itu takut untuk naik motor, setiap akan naik motor badannya gemetar hebat dan sangat ketakutan padahal dia dapat berpikir secara sadar dan rasional bahwa motor yang akan dia naiki sudah aman tapi pikiran bawah sadarnya sudah terpatri bahwa motor adalah sesuatu yang membahayakan dan tidak boleh dinaiki.

Contoh lain dalam kehidupan realita adalah seorang yang sulit sekali mendapatkan untung banyak dalam usahanya berdagang padahal dia sudah berusaha dengan sangat keras untuk memajukan usahanya, sehingga timbul istilah ‘yah, dasarnya emang sudah kere, mau usaha bagaimana juga susah dapat untung’ kata dasarnya itulah yang sebenarnya hasil pikiran bawah sadar. Kita tidak merasakan memang karena pikiran bawah sadar bekerja sangat halus tapi sangat kuat dalam mempengaruhi hidup kita. Mungkin orang tersebut sulit mendapatkan untung dalam usahanya karena waktu kecil (saat pikran bawah sadarnya terbuka lebar) orang itu pernah mendapatkan sebuah sugesti dari seseorang yang dia pandang memiliki otoritas tinggi (orang tua, guru atau tokoh agama) bahwa kalau berdagang itu jangan terlalu mendapatkan untung yang banyak. Nah, pikiran bawah sadar ini akan selalu mensabotase berbagai usaha orang ini dalam mendapatkan untung besar. Sabotase inilah yang biasa kita kena dengan istilah mental block.

Ada lagi yang dinamakan dengan belief atau keyakinan. Ini juga dikendalikan oleh pikiran bawah sadar. Misalnya, seseorang mempunyai keyakinan yang tertanam dalam pikiran bawah sadarnya bahwa kebahagian adalah ketika punya mobil, ini terjadi bisa karena dulu dia selalu diejek teman-temannya yang punya mobil bahwa sengsara sekali kalau nggak punya mobil. Belief tersebut tertanam dalam pikiran bawah sadarnya yang membuat orang ini tidak bahagia karena tidak punya mobil meskipun orang ini prestasi akademiknya bagus, punya banyak teman dll.

Apakah ada cara untuk menghilangkan mental block dan merubah belief yang ada dalam diri kita? Jawabannya adalah ‘ada!’ Tapi tidak hanya sekedar berpikir untuk berubah begitu saja. Jangan terpaku pada istilah “apa yang kita inginkan bisa kita dapatkan hanya dengan berpikir” seperti hukum law of attraction (LOA), hukum LOA ini memang benar hanya saja kita yang salah kaprah mengartikannya karena yang dimaksud disini adalah berpikir dengan menggunakan pikiran bawah sadar bukan pikiran sadar. Pikiran bawah sadar berpengaruh sebanyak 88% sedngkan pikiran sadar hanya sebesar 12%. Jadi meskipun tidak terasa, pikiran bawah sadar ini berpengaruh sangat kuat.

Apa yang mesti kita lakukan? Sudah pasti kita harus merubah atau memodifikasi cara berpikir pikiran bawah sadar kita. Sulitkah? mungkin, tapi bukan berarti tidak bisa. Pikiran bawah sadar dilindungi oleh apa yang disebut dengan critical factor atau faktor kritis. Faktor kritis ini bekerja sangat kuat saat kita dalam kondisi sadar sepeti bekerja, berolah raga, meyelesaikan soal ujian dll. Tapi faktor kritis ini sangat lemah bahkan terbuka lebar saat kita sedang dalam kondisi sangat santai misalnya saat akan tidur dan saat bangun tidur. Anjuran saya untuk kalian yang muslim, jika ingin berubah lakukan sholat tahajjud karena waktu yang digunakan adalah waktu sepertiga malam yang terakhir, saat dimana sedang ngantuk-ngantuknya kita bangun dan berdo’a kepada Allah SWT. Saat ngantuk-nganuknya dan saat hening-heningnya adalah saat dimana faktor kritis terbuka sangat lebar dan sugesti yang paling ampuh dan diterima pikiran bawah sadar adalah saat tidak ada lagi penghalang atau faktor kritis. O ya, yang saya sebut sugesti disini adalah do’a yang kita panjatkan saat melakukan sholat tahajjud, dan pikiran bawah sadar tidak akan menolak sugesti (do’a) yang sejalan dengan ajaran agama yang kita yakini karena sejak masih dalam kandungan, keyakinan beragama sudah tertanam kuat dalam diri seseorang dan merupakan fitrah sifat seseorang.

Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan teknik hypnosis. Pada intinya hypnosis adalah teknik yang digunakan untuk membuat relax mental dan pikiran kita sehingga faktor kritis menjadi tidak aktif. Saat itu baru kita masukkan sugesti tapi ingat, sugesti yang kita masukkan harus sejalan dengan pikiran bawah sadar kita, jangan membohongi pikiran sadar kita karena jika itu dilakukan maka pikiran bawah sadar kita akan melawan. Untuk hypnosis mungkin lain kali kita bahas lagi lebih jauh atau anda bisa membaca buku-bukunya Pak Adi W Gunawan, buku-bukunya sangat bagus. Disitu diulas banyak tentang pemahaman hypnosis.

Selasa, 11 Oktober 2011

The Future is on Your Hands



Once upon a time, a long time ago, in a land far away, there lived an old
man in a house on top of a hill. He had dedicated his entire life to study
and meditation. He was known far and wide for his intelligence, sensi-
tivity, and wisdom. Politicians, businesspeople, and dignitaries came to
visit him and ask him questions. His answers were always correct. He
seemed to have a special faculty that enabled him to cut to the essence of
any problem or issue. When his answers and solutions were imple-
mented, the result was always excellent. His fame soon spread through-
out the land.
In the village below the hill was a group of boys who played to-
gether. Sometimes they climbed the hill to visit the old man and ask
him questions, for which he always seemed have the correct answer.
Over time, it became a little game, with the boys continually trying to
think of a question that the old man could not answer. But they were
never successful.
One day, the ringleader of the group, a boy named Aram, called the
others around him and said, “I have finally found a way to stump the old
man. Here in my hand, I have a bird. We will go and ask the old man if
the bird is alive or dead. If he says that it is dead, I will release it and it
will fly away. If he says that it is alive, I will crush it, and the bird will be
dead. Either way, he will at last have been proven wrong.”
Excited about the prospect of finally catching the old man with a
wrong answer, they hurried up the hill. The old man watched them
coming and noticed the eager looks on their faces. Then Aram stepped
forward and asked, “Old man, I have a bird here in my hands. Is it alive
or is it dead?”
The old man looked at their mischievous, expectant faces and then
quietly said, “Aram, it is inyour hands.”