Aku akan membahas sedikit tentang ihsan melalui sudut pandang aku secara pribadi. Ihsan disini bukanlah nama tetanggaku atau teman sekelas aku dulu pas masih kecil karena ihsan yang aku maksud bukanlah seseorang. Ihsan yang aku maksud adalah sesuatu dalam diri seseorang yang bisa membuat cowok jadi gampangan, termasuk juga cewek. Gampangan seperti apa? Kita mesti kenal dulu yang namanya ihsan, baru kita tahu apa itu yang namanya “gampangan.”
Penasaran aku terhadap ihsan sebenarnya timbul setelah membaca novel yang berjudul Menatap Punggung Muhammad. Disitu diceritakan seorang non muslim yang bermimpi bertemu dengan Baginda Rasulullah dan berbincang dengan beliau yang membuat si pemuda dalam novel tersebut rindu dan membuatnya ingin mencari siapa Nabi Muhammad itu. Setelah menelusuri kisah-kisah perjalan Nabi Muhammad, pemuda ini malah menjadi kagum akan sifat dan sikap Nabi Muhammad meskipun dia adalah seorang non muslim. Salah satu penggalan kata-katanya dalam novel tersebut seperti ini "Apakah yang lebih besar daripada iman?" kata sosok Muhammad dalam mimpiku. Kebaikan, katanya tiba-tiba, melebihi apapun, adalah yang paling utama dari semuanya. Aku menyebutnya ihsan. dan pelan-pelan ia pergi, aku menatap punggung Muhammad yang menjauh.*no sara ya, jangan bawa-bawa sara. Mending bawa fara aja, yang suka masak di tipi-tipi itu..
Kalau seingat aku, Prof. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah pernah ngomong kalau ihsan itu adalah seimbang. Seperti telapak kaki yang tidak terlalu cembung dan tidak terlalu cekung sehingga jika berjalan dapat dengan lurus tidak miring. Seimbang dalam artian urusan dunia dan akherat, seimbang dalam hubungannya dengan Allah (habluminallah) dan hubungannya dengan manusia (habluminannas). Maksudnya adalah jika seseorang mempunyai ihsan maka selain rajin ibadah kepada Tuhan juga mempunyai hubungan sosial yang baik dalam lingkungannya. Yang simple-simple aja sih, contohnya begini. Si A punya piutang pada si B, lalu si A ngomong “udah, kamu bayar utangnya kapan-kapan aja kalau kamu punya uang lebih” atau “kamu bayar utangnya separo aja nggak apa-apa”. Meskipun si B mungkin bukan orang muslim, entah itu hindu, budha, kristen, katolik, yahudi atau bahkan majusi. Karena bagaimanapun juga, islam mengajarkan berbuat baik (ihsan) kepada sesama manusia. Sebagai contoh yang pernah Baginda Rasul lakukan seperti ini Terkisah seorang pengemis yahudi buta yang sepanjang hidup nya ia selalu menghina Nabi Muhammad. Setiap hari di pagi hari ia selalu mencaci, mengumpat, dan menghina Nabi Muhammad, "Muhammad pengikut setan", "Muhammad tukang sihir", "Muhammad penipu besar", dan masih banyak umpatan2 keji yang ditujukan kepada Nabi Muhammad. Namun setiap pagi pula Nabi Muhammad mendatangi pengemis yahudi itu dan memberinya makan, tanpa memberi tahu pengemis itu siapa dirinya sebenarnya.
Waktu demi waktu berlalu, hingga suatu saat Nabi Muhammad pun wafat. Para sahabat yang ditinggalkan sebisa mungkin meneruskan kebiasaan-kebiasaan Nabi sewaktu beliau hidup. Salah satu nya Abu Bakar, sahabat sekaligus mertua Nabi Muhammad, ia menanyakan kepada aisyah, istri Nabi Muhammad, tentang kebiasaan-kebiasaan Nabi Muhammad ketika masih hidup. Aisyah menjawab "Di ujung jalan menuju ke pasar, ada seorang pengemis yahudi, Nabi Muhammad ketika hidup selalu memberinya makan setiap pagi". Abu Bakar pun ingin meneruskan kebiasaan Nabi untuk memberi makan yahudi itu.
Pagi itu Abu Bakar pun mendatangi yahudi itu sambil membawa makanan. "Muhammad penipu", "Muhammad pengikut setan", "Muhammad tukan sihir", teriak pengemis itu. Abu Bakar yang berada disitu pun kaget, ia berpikir mengapa Nabi Muhammad memberi makan orang seperti ini, seorang yahudi yang selalu mencaci dan menghinanya. Namun dibuangnya jauh-jauh pikiran itu, yang saat itu ia pikirkan hanyalah meneruskan kebiasaaan Nabi.
"Hai orang tua, ini aku membawakan makanan untuk mu", kata Abu Bakar sambil memberikan makanan itu ke tangan si yahudi.
"terima kasih", jawab yahudi itu, "Siapa kau..?" tanya yahudi itu.
"Aku hanya orang biasa", jawab Abu Bakar.
"Kau bukan orang yang biasa mengantar makanan untuk ku", kata si yahudi.
"Dari mana kau tahu..? kau kan buta", kata Abu Bakar.
"Orang yang selalu mengantarkan makanan untuk ku, ia menaruhkan tangan ku di pundak nya, sehingga mudah bagiku untuk menggapainya, kemudian disuapinya aku. Makanan yang diberikan nya, dilembekkan nya terlebih dahulu, sehingga mudah bagiku untuk menelannya, itulah mengapa aku tahu kau bukan orang yang biasa mengantarkan makanan untuk ku".
Mendengar ucapan si yahudi, Abu Bakar pun tak kuasa menahan air matanya. Ia tak menyangka Nabi Muhammad melakukan hal tersebut kepada orang yang selalu menghina dan mencacinya.
"Benar, aku bukan orang yang biasa mengantarkan makanan untuk mu, orang yang kau maksud kini telah tiada, ia Nabi Muhammad SAW" sambut Abu Bakar.
Pengemis yahudi itu itu pun terdiam, tak lama ia menangis sekencang-kencangnya, ia meminta maaf kepada Abu Bakar, dan kemudian ia mengucapkan dua kalimat syahadat
Arti ihsan dari buku ESQ Power karangannya Ary Ginanjar Agustian yang aku baca adalah menyembah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau. Sedangkan kata ihsan itu sendiri adalah sebuah kata kerja yang berarti berbuat atau menegakkan sesuatu dengan kualitas terbaik. Jadi jika seseorang yang memiliki ihsan dalam dirinya maka bisa dikatan bahwa orang itu mempunyai kualitas diri yang baik. Kualitas diri yang baik adalah yang mempunyai dimensi fisik (IQ) yang baik, dimensi emosi (EQ) yang baik dan tentunya punya juga mempunyai dimensi spiritual yang baik (SQ).
Orang yang mempunyai ihsan dalam diri mereka adalah seseorang yang selalu berbuat baik kepada sesama tanpa memandang perbedaan agama, status sosial atau pendidikan diantara mereka. Kalau aku sendiri mengatakan mereka adalah seorang yang gampangan, gampang memberikan pertolongan dan bantuan kepada saudara mereka yang dalam kesulitan. Gampang senyum, gampang tanggap terhadap situasi, gampang diajak ngobrol, gampang dijadikan tempat curhat, gampang dimintai pendapat atau nasehat dan bagi aku yang terpenting adalah mereka itu gampang “ngutangi” aku.